Jika

Jika aku pada rembulan

Apakah mentari masih mau menyinari?

Kalimat itu muncul di meja Adit. Tertuang di atas lembaran merah jambu dengan bertinta hitam. Hanya kalimat itu. Tanpa nama atau hal lain yang menyiratkan sang penulis.

Kening Adit mengerut. Ia menarik perekat dan menempelkan kertas itu ke hadapannya. Bibirnya bergumam, melafal kata demi kata sekali lagi.

“Kenapa, Dit?” suara barito di hadapannya membuyarkan lumanan Adit. Ia tersentak. Laki-laki itu menggeleng cepat sambil tersenyum, mencoba menghilangkan tanda di wajahnya. Di sampingnya, jemarinya melipat secarik kertas itu dan memasukkan ke saku celana.

*****

Jika aku tenggelam bersama cahaya bintang yang terbias

Apa riak gelombang masih mau menemani?

Bibir Adit bergumam. Matanya menoleh, memperhatikan sekelilingnya. Di depannya muncul senyum-senyum centil nan menggoda dari bibir-bibir perempuan cantik di kelasnya. Senyum yang sama. Ia tidak dapat menebak siapa perempuan itu. Mungkin Monica, gadis manis yang duduk paling depan. Mungkin Lita, perempuan tercantik yang pernah tertangkap matanya. Mungkin juga Angel, sang pemilik suara merdu yang selalu menggetarkan hatinya ketika gadis itu bernyanyi. Entahlah, Adit berlalu sambil menyelipkan kertas itu di saku celana.

*****

Kau tahu, aku bukanlah kamu

Tapi kau mungkin adalah aku

“Hai Adit.”

Adit tidak berkedip saat mengalihkan tatapannya dari kertas di tangan ke perempuan di hadapannya. Rosa, gadis berambut panjang yang selalu menjadi juara dua. Saingan terberatnya.

“Kau tahu, aku bukanlah kau….” Adit berucap dengan pelan. Diperhatikannya Rosa yang menatapnya kaget. Mata perempuan itu penuh tanda tanya. Namun, Adit tetap menunggu. Sebersit asa muncul dalam benaknya.

“Kamu memang bukan aku, Adit.”

Adit berlalu. Meninggalkan jejak tanya di benak Rosa. Secarik kertas dilipatnya dan dihujamkan ke saku celana.

*****

Dan di saat hujan turun nanti

Mungkin semua akan terhapus; jejakmu di atas hatiku

Adit mengeram. Tidak lagi ada kegamangan. Emosi membucah di ubun-ubun kepalanya. Frustasi karena tidak dapat menemukan perempuan itu. Perempuan yang mampu membuat hatinya menggelegar.

“Adit….”

Laki-laki itu menoleh. Ada Dean di sampingnya. Menatapnya sambil tersenyum.

“Kamu….”

“Aku pulang duluan.”

Adit berlalu. Mengumpulkan kertas-kertas di saku celananya. Menggenggam dengan erat dan melemparnya ke halaman sekolah. Kertas itu jatuh tepat dengan rintik hujan yang menimpanya. Melunturkan goresan di sana.

Dan di saat hujan turun nanti

Mungkin semua akan terhapus; jejakmu di atas hatiku

*****

Cerpen ini saduran dari puisi Jika milik Ihsanul Rizki

14 Comments Add yours

  1. Fadel says:

    Cerpen ini sangat menarik dan ceritanya nggk alay

  2. Alfia amalia says:

    Kata-katanya sangat bagus dan penuh dengan arti. Banyak makna yang tersirat dalam kata

  3. Salma Alya S says:

    Cerpen ini mengandung kata-kata yang sebetulnya mudah dipahami, tetapi saya kurang memahami jalan cerita dan perempuan yang mengirimi Adit potongan-potongan puisi itu. Memang sengaja tidak dikasih tahu atau saya yang tidak menangkapnya, ya?

    Secara keseluruhan tidak diragukan lagi karya Bu Anisa. Tetapi kadang saya kurang mengerti maksud dari cerpen yang ibu buat. Menarik, tapi terkadang sulit dimengerti–untuk saya.

  4. wwwalifiamawadah says:

    cerita ini sangat bagus dan mudah dipahami katakatanya,cerpen yang ibu annisa buat kadang sulit dimengerti tetapi cerita yang ibu buat menarik.

  5. Menurut saya, pemilihan kosa kata nya kurang tepat, kurang dimengerti oleh pembaca yang awam. Namun, potongan-potongan puisi yang terdapat dalam cerpen itu indah dan bagus. Jadi, cerpen itu menjadi lebih menarik.

  6. Rina Rofiah says:

    cerpen ini sangat bagus dan mengadung kata-kata yang dapat di pahami, tetapi saya kurang paham dengan jalan ceritanya dan siapa sebenarnya pembuat puisi tersebut. tetapi yang sangat menarik untuk di baca kandungan dari puisi nya, puisi yang sangat menarik “dan di saat hujan turun nanti , mungkin semua akan terhapus jejakmu di hatiku”. Cerpen ini sangat bagus dan membuat para pembaca untuk mengulang-ulang membacanya.

  7. menurut saya penggunaan bahasanya cukup bagus, tapi saya susah untuk memahami isi cerpen ini karena ceritanya sedikit membingungkan dan membuat saya menebak-nebak isi cerpen ini.

  8. karina17blog says:

    “Cerpen jika ini menceritakan tentang seorang gadis yang mencintai laki-laki secara diam-diam. Menurut saya, tokoh Deanlah yang mengirim puisi misteri untuk Adit, namun nyaris saja Adit salah paham, ia mengira bahwa Rosa yang mengirim puisi2 itu.

    Gaya bahasa Bu Anisah sangat menarik, mungkin kurang dimengerti oleh orang-orang yang jarang sekali membaca.

  9. Assalamualaikum, setelah saya membaca cerpen diatas, menurut saya cerpen tersebut memiliki alur yang kurang jelas sehingga sulit untuk memahami bagaimana isi cerpen tersebut. Tetapi diksi yang dipilih untuk merangkai cerpen diatas sudah sangat teratur dan bagus, sehingga pembaca akan dibuat penasaran dengan kelanjutan cerpen ini.

  10. gita rosita says:

    Saya suka cerpen ini, bahasa yang memang ‘agak’ sulit untuk dipahami bagi orang yang jarang membaca, tapi dengan begitu orang yang jarang membaca akan berpikir apa makna dari cerpen di atas. mungkin juga sebagian dari mereka akan mulai menyukai karya sastra seperti ini seandainya sudah mengerti makna dari cerpen “Jika” ini.

  11. debinovita says:

    Ceritanya bagus tetapi banyak kata yang saya tidak mengerti namun cerita ini sangat menarik

  12. debinovita says:

    Assalamualaikum bu menurut saya cerita diatas sangat bagus tetapi banyak bahasa yang kurang saya pahami

  13. Ceritanya membuat pembaca penasaran. Tapi akhir ceritanya menggantung sekali. Tak diberitahu siapa sebenarnya mengirim kertas itu. Mungkin sebaiknya sosok adit diubah menjadi seorang yang mudah penasaran, tidak gampang menyerah seperti ini.

Leave a comment